Orang tua mempunyai peran yang tidak tergantikan dalam kehidupan anak-anak mereka. Bahkan, kualitas relasi di antara orang tua dan anak memiliki dampak besar terhadap perkembangan fisik, mental, emosional, kemampuan sosial, serta kesejahteraan dan kebahagiaan anak secara keseluruhan. Meski demikian, tidak jarang orang tua gagal membangun relasi yang baik dengan anak-anak mereka. Akibatnya, kesalahan dalam proses parenting memberi dampak negatif terhadap perkembangan anak. Celakanya, terkadang orang tua tidak menyadari hal terebut, atau kalaupun menyadari, mereka tidak memiliki cukup pengetahuan mengenai “parenting” yang benar.
Menyadari hal tersebut, sejalan dengan visinya, yaitu membangun manusia seutuhnya dengan fokus pada Kristus sehingga menghasilkan lulusan yang beriman, berilmu dan memiliki karakter Kristiani serta mendatangkan damai sejahtera bagi diri sendiri dan sesama manusia, Sekolah ERENOS berkeinginan untuk memfasilitasi orang tua/wali siswa dengan Program Psikoedukasi “Parenting” yang terstruktur dan berkesinambungan. Dalam hal ini, MLCC Indonesia, sebagai salah satu lembaga penyedia layanan psikoedukasi dan konseling, dipercaya sebagai mitra strategis dalam rangka penyediaan layanan dimaksud beserta tindak lanjut yang diperlukan sesuai perkembangan kebutuhan.
Tujuan Umum
Menyediakan layanan psikoedukasi “parenting” kepada para orang tua/wali siswa Sekolah ERENOS.
Tujuan Khusus
Program Psikoedukasi “Parenting” ini mempunyai tujuan khusus yang ingin dicapai, sebagai berikut:
Program Psikoedukasi “Parenting” ini terdiri atas lima topik utama yang dirancang dan dipersiapkan sebagai suatu rangkaian yang terstruktur serta berkesinambungan, yaitu:
Di bawah ini adalah uraian singkat dari setiap topik dimaksud, berupa gambaran mengenai latar belakang dan tujuan yang ingin dicapai.
Judul
Parenting Styles: Am I Raising My Child Right?
Latar Belakang
Kegagalan orang tua dalam mengasuh dan membesarkan anak seringkali dipengaruhi oleh rendahnya kesadaran dan pengetahuan/keterampilan parenting yang mereka miliki (Lanjekar et al., 2022), seperti (1) ketidaktahuan mereka akan tipe parenting yang diterapkan; (2) rendahnya kesadaran akan adanya faktor-faktor yang memengaruhi pilihan gaya parenting tersebut, baik yang disadari, misalnya harapan dan keinginan atas masa depan anak, maupun yang tidak disadari, misalnya luka masa lalu yang belum terselesaikan; (3) rendahnya kesadaran akan dampak gaya parenting yang diterapkan terhadap perkembangan anak, baik jangka pendek maupun jangka panjang; dan (4) ketidakmampuan mengenali tanda-tanda bahaya dalam proses parenting yang diterapkan dan bagaimana cara mengatasinya.
Tujuan
Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan orang tua/wali siswa mengenai berbagai tipe parenting, faktor-faktor yang memengaruhinya, dampaknya pada perkembangan anak, dan mengenali tanda-tanda bahaya dalam proses perkembangan anak serta bagaimana cara mengatasinya.
Judul
Marital Satisfaction, Parenting Styles, and Child Outcomes: Happy Marriage, Happy Family, Happy Children?
Latar Belakang
Sejumlah teori dan penelitian menunjukkan bahwa kualitas hubungan pernikahan orang tua berhubungan erat dengan fungsi emosi dan perilaku anak, baik secara langsung maupun tidak. Biasanya, hal ini dikarenakan kualitas hubungan pernikahan akan memengaruhi sikap dan perilaku orang tua. Lebih jauh lagi, tingkat kepuasan atau ketidakpuasan pernikahan mereka akan memengaruhi parenting style (gaya pengasuhan) yang diterapkan, baik secara bersama-sama maupun masing-masing, dan pada akhirnya akan berdampak pada perkembangan anak serta memengaruhi hasil yang diperlihatkan di dalam diri anak (Greenlee et al., 2021). Hal inilah yang seringkali tidak disadari oleh orang tua, atau kalaupun disadari, mereka tidak memiliki cukup pengetahuan yang dibutuhkan untuk dapat mengatasinya.
Tujuan
Meningkatkan kesadaran orang tua/wali siswa mengenai pentingnya menjaga kualitas hubungan pernikahan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap parenting styles (gaya pengasuhan) yang diterapkan. Selain itu, juga meningkatkan pengetahuan orang tua dalam menjaga kualitas hubungan pernikahan mereka. Dan, tidak kalah pentingnya, membekali orang tua/wali siswa mengenai bagaimana menyiasati parenting pada keluarga dengan hubungan pernikahan yang tidak ideal, atau dipenuhi dengan konflik orang tua, atau bahkan yang tidak dapat dipertahankan.
Judul
Parenting when Both Parents Work: How to Balance the Competing Demands of Work, Marriage, and Child?
Latar Belakang
Secara alami, pembagian peran di dalam keluarga menempatkan ayah sebagai pencari nafkah dan bekerja.. Meski demikian, adanya tuntututan kebutuhan finansial, eksistensi diri, dan tuntutan lainnya seringkali memaksa seorang ibu untuk ikut bekerja. Yang menarik, hasil penelitian menunjukkan bahwa seorang ibu bekerja umumnya cenderung lebih sehat dan bahagia dibanding ibu yang tidak bekerja (Buehler, 2011). Meski demikian, ketika kedua orang tua bekerja, diperlukan kesadaran, pengetahuan, dan keterampilan tersendiri agar dapat menciptakan keseimbangan antara tuntutan pekerjaan, kualitas hubungan pernikahan, dan pengasuhan anak (parenting). Masalahnya, meskipun secara teoretis keseimbangan tersebut dapat dicapai, akan tetapi pada prakteknya membutuhkan usaha dan pengorbanan yang tidak sedikit dari kedua orang tua (Dapiton et al., 2023). Kegagalan dari salah satu atau kedua orang tua dalam memberikan usaha dan pengorbanan yang maksimal akan berdampak pada kegagalan mereka mencapai keseimbangan tersebut dan pada akirnya berdampak pada pekerjaan, pernikahan, bahkan perkembangan anak-anak mereka.
Tujuan
Meningkatkan kesadaran orang tua/wali siswa bahwa ketika kedua orang tua bekerja, meskipun mendatangkan keuntungan di satu sisi, namun membutuhkan usaha dan pengorbanan yang lebih besar dari kedua belah pihak. Selain itu, juga meningkatkan pengetahuan orang tua dalam menyiasati keseimbangan antara pekerjaan, pernikahan, dan anak (parenting). Dan, tidak kalah pentingnya, meningkatkan kesadaran dan pengetahuan orang tua untuk mengevaluasi dan menemukan alternatif yang memungkinkan jika situasi dan kondisi yang ada dengan kedua orang tua bekerja ternyata dianggap berisiko dan tidak layak untuk diteruskan.
Judul
Parenting Mistakes: What and How It Happened? Can I Fix What I’ve Broken?
Latar Belakang
Kesalahan dalam proses parenting bukanlah sesuatu yang tabu untuk dibicarakan. Secara umum, orang tua pernah melakukan kesalahan dan bahkan seringkali merasa gagal dalam mengasuh dan membesarkan anak-anak mereka. Akibatnya, tidak jarang, timbul rasa bersalah sebagai orang tua (parental guilt). Namun demikian, rasa bersalah saja tidaklah cukup. Belum lagi, jika rasa bersalah tersebut menjadi berlebihan dan sudah tidak pada tempatnya, justeru dapat menimbulkan gangguan kecemasan atau bahkan depresi di dalam diri orang tua (Shalev et al., 2023). Perlu disadari oleh orang tua bahwa berhenti pada merasa gagal dan bersalah adalah suatu kesalahan lain. Yang benar-benar diperlukan adalah kesadaran orang tua untuk secara proaktif mengevaluasi proses parenting yang diterapkan, mengakui jika terjadi kesalahan dan menyelesaikannya dengan anak, serta sebisa mungkin meminimalisasi kesalahan yang sama di kemudian hari. Meski demikian, hal ini bukanlah sesuatu yang mudah untuk dipraktekkan karena seringkali orang tua tidak menyadari kesalahan mereka, atau kalaupun sadar, tidak memiliki cukup pengetahuan tentang bagaimana cara menyelesaikannya, akibatnya, tidak jarang, mereka mengulangi kesalahan yang sama, disadari atau tidak.
Tujuan
Meningkatkan pengetahuan orang tua/wali siswa mengenai kesalahan-kesalahan yang umum terjadi dalam proses parenting, meningkatkan kesadaran orang tua/wali siswa untuk mau mengakui kesalahan dan menyelesaikannya dengan anak, meningkatkan kesadaran dan pengetahuan orang tua untuk mewaspadai kesalahan yang terus-menerus berulang, baik disadari maupun tidak.
Judul
Well-functioning Family: What is it? How to Build It? How It Impacts Parenting?
Latar Belakang
Istilah “well-functioning family” (keluarga yang berfungsi dengan baik) bisa jadi tidak terlalu familiar secara umum. Meski demikian, sebenarnya istilah ini bisa dianggap sebagai bentuk lebih terperinci dari istilah “keluarga sejatera”. Meskipun istilah “keluarga sejahtera” sering diperdengarkan, tetapi pemahaman mengenai konsep keluarga sejahtera bukanlah hal yang mudah. Apa yang dimaksud dengan keluarga sejahtera? Bagaimana cara membangunnya? Apa kaitannya dengan parenting? Dan, apa dampaknya terhadap perkembangan anak? Dari perspektif Ilmu Psikologi, setidaknya ada enam aspek yang menentukan apakah suatu keluarga dapat dianggap sejahtera menurut persepsi seluruh anggota keluarga tersebut (Epsten et al., 2005). Artinya, setiap anggota keluarga memiliki persepsi bahwa keluarga berfungsi dengan baik sebagaimana harusnya dan dapat memenuhi kebutuhan mereka secara keseluruhan Masalahnya, tidak banyak keluarga, pada umumnya, dan orang tua, pada khususnya, yang menyadari dan memahami hal ini. Seringkali keluarga mengalami frustrasi atas atmosfir keluarga yang terbentuk, misalnya orang tua yang kelelahan (burnout), ibu bekerja yang harus menanggung beban ganda atau bakan lebih, anak yang merasa terabaikan atau justeru tidak memiliki privasi, dan masih banyak hal lainnya. Pada umumnya, keluarga hanya bisa pasrah dan menjalaninya dalam berbagai konsekuensi dan kesulitan. Selain karena tidak menyadari apa yang salah dengan atmosfir keluarga mereka, juga karena tidak memiliki cukup pengetahuan untuk mengenali apa permasalahan yang dihadapi dan bagaimana cara menyelesaikannya.
Tujuan
Meningkatkan kesadaran orang tua/wali siswa akan atmosfir keluarga mereka dan membekali dengan pengetahuan bagaimana mengenali permasalahan yang ada serta bagaimana cara menyelesaikannya.
© 2024 Sekolah Erenos | All Rights Reserved